Rizal Ramli bukan superman. Cita-citanya menjadi seorang fisikawan sekaliber Albert Einstein tak pernah kesampaian. Saat masih berusia 25 tahun, semasa kuliah di Institut Teknologi Bandung, dia masuk bui gara-gara menulis buku putih menentang pemilihan kembali Soeharto. Berbagai suara miring pun gencar tertuju ke arahnya. Terkhusus, soal kedekatannya dengan Jenderal Wiranto dan pengusaha Marimutu Sinivasan.
Tapi Rizal Ramli adalah seorang “super-menteri” — begitu julukan untuknya setelah ditunjuk Presiden Abdurrahman Wahid menjadi anggota tim monitoring Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) Kwik Kian Gie dan Kepala Urusan Logistik (Bulog). Kini ia bahkan berada di lingkaran terdalam istana. Pekan lalu, masih di usia 47 tahun, doktor ekonomi dari Universitas Boston, Amerika Serikat, ini dilantik sebagai Menko Bidang Perekonomian – satu dari empat orang paling berkuasa di Republik (bersama Presiden, Wakil Presiden Megawati, dan koleganya, Menko Sosial, Politik, dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono).
“Kami akan keluar sebagai pemenang,” kata pria Minang optimistis, sehari sebelum dilantik, kepada Dwi Arjanto, endah W.S., dan Kurie Suditomo dari TEMPO. Berikut ini petikan wawancara khusus dengannya.
Boleh tahu apa alasan Gus Dur memilih Anda?
Sebenarnya enggak lucu saya ngomong tentang diri sendiri. Tapi, sekadar gambaran, sedari dulu saya sudah mengenal secara pribadi tokoh seperti Gus Dur, Megawati, dan Amien Rais, khususnya di saat menjelang kejatuhan Soeharto. Saya sudah kenal baik Mbak Mega sejak 1997, bukan dengan Taufik Kiemas.
Itu yang pertama. Kedua, mungkin karena saya menekuni bidang ekonomi makro dan industri. Kalau Pak Kwik, kan, ahli akunting dan ekonomi mikro. Dan ketiga, mungkin karena saya telah lolos tes di Bulog. Kalau tidak lolos di situ, sudah habis ini Rizal Ramli.
Lalu, kenapa saat pembentukan kabinet dulu nama Anda terpental?
Saat itu yang diutamakan adalah kepentingan kue partai dan saya kan tidak mendapat dukungan partai.
Dan sekarang Anda naik semata-mata sebagai profesional?
Sebut saja saya ini seorang profesional yang mengerti politik.
Apa yang Anda bicarakan dengan Wakil Presiden Megawati akhir pekan IaIu?
Saya ngomong dari hati ke hati dengannya. Kami setuju bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara. Kami sepakat meningkatkan koordinasi dua menko dengan Wapres dan Presiden. Saya usul, setiap Senin pagi, saya bersama Pak Bambang (Menko Sosial, Politik, dan Keamanan) ketemu Mega dulu. Kemudian, kita mulai rapat ekuin dan polkam, pukul 10.00-12.00. Sehabis itu, kita makan siang bertiga untuk melakukan review. Wapres IaIu melaporkan hasilnya kepada Presiden.
Kuartet ini bisa berjalan seiring?
Di atas, ada duo Gus Dur dan Mega yang sudah seperti kakak- adik. Di bawahnya, ada saya dan Pak Bambang yang punya hubungan personal yang baik. Tidak benar berita yang menyatakan saya sebal ketika Pak Bambang terpilih.
Tapi buktinya pasar bereaksi negatif…
Memang. Banyak kalangan memosisikan tim ekonomi ini sebagai underdog. Jujur saja, saya malah senang. Disebut underdog, untuk naik malah gampang. Justru repot kalau dari awal sudah tinggi diharapkan. Lagi pula, reaksi negatif ini sifatnya temporer. Anda lihat saja, kami akan keluar sebagai pemenang. Tim ekuin sekarang banyak yang bagus, seperti Menteri Pertambangan (Energi dan Sumber Daya Mineral) Purnomo Yusgiantoro. Dulu, dia tidak pernah bisa menjadi menteri cuma karena dia Katolik. Padahal, sudah kelasnya.
Reaksi negatif itu kan cuma karena persoalan tidak dipilih, khususnya dari teman-teman anak buahnya Pak Widjojo Nitisastro. Oleh mereka, kami digambarkan anti-IMF. Faktanya, saya ingin Indonesia dihargai sebagai negara berdaulat. Maaf, ya, banyak ekonom kita yang malah memperjuangkan kepentingan internasional di dalam negeri. Reaksi kalangan internasional justru lebih positif. Tadi pagi saja orang Cemex datang. Mereka mau berinvestasi di Semen Gresik senilai US$ 400 juta. Banyak yang seperti itu.
Tapi apa program konkret Anda untuk mengembalikan kepercayaan pasar?
Ada berbagai langkah yang telah saya rencanakan. Pokoknya, akan ada stabilisasi finansial. Begitu dilantik, dalam waktu tiga minggu, kami akan melakukan apa yang harus dilakukan. Khusus mengenai sektor finansial, saya tidak bisa membukanya. Bisa bubar nanti.
Apa penilaian Anda terhadap kinerja Kwik Kian Gie?
Pak Kwik sangat saya hormati. Beliau tulus dan memiliki integritas. Saya kira, selama sepuluh bulan, Pak Kwik telah memulai pemulihan ekonomi Indonesia, khususnya dalam restrukturisasi perbankan dan perusahaan. Tugas saya jadi lebih ringan untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi.
Anda juga akan meneruskan kebijakan Kwik yang sangat keras terhadap “pengusaha hitam”?
Dari dulu saya tidak pernah antibisnis. Saya juga tidak mau bangsa ini terlalu banyak melihat ke kaca spion, melihat ke belakang terus. Kita harus melihat ke depan. Tapi pemerintah harus sungguh- sungguh menindak mereka yang tidak benar.
Apa garis kebijakan yang akan Anda terapkan terhadap konglomerasi?
Saya ingin konglomerasi Indonesia yang kini banyak menjadi liability bisa menjadi aset. Mereka mesti kita ubah perilakunya. Dari jago kandang menjadi konglomerasi yang kompetitif di dunia internasional, yang bisa menyedot nilai tambah di luar negeri untuk disalurkan bagi kesejahteraan rakyat di dalam negeri, seperti di Korea dan Jepang. Bukan model konglomerat kita selama ini: menyedot di dalam negeri buat dibawa ke luar.
sumber : https://majalah.tempo.co/read/nasional/113320/rizal-ramli-saya-profesional-yang-mengerti-politik