Pemerintah membebaskan pembayaran listrik selama tiga bulan untuk masyarakat pengguna lostrik 450 VA yang jumlahnya sebanyak 24 juta pelanggan.
Selain itu, pemerintah juga memberikan diskon 50 persen bagi pengguna listrik 900 VA yang jumlahnya 7 juta pelanggan. Ini adalah bagian dari kompensasi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dalam menghadapi Covid-19.
Ekonom senior, Dr. Rizal Ramli memuji keputusan ini.
“Ini sangat membantu golongan menengah bawah,” ujarnya.
Namun di sisi lain, Rizal Rami mengingatkan agar dana yang digunakan pemerintah untuk menutupi kebutuhan itu diambil dari realokasi anggaran secara radikal. Termasuk dengan menghentikan semua proyek infrastruktur.
“Termasuk pembangunan ibukota baru,” tambahnya.
Rizal Ramli tidak setuju bila pemerintah mengubah aturan tentang defisit anggaran maksimal dari 3 persen menjadi 5 persen GDP.
“Dengan cara menambah utang lagi dan/atau ‘cetak uang’ dengan bungkus recovery bonds, nilai rupiah akan semakin jatuh,” sambungnya.
Dia mencontohkan ketika krisis 1998, International Monetary Fund (IMF) memaksa penerima mengembalikan pinjaman dengan aset yang nilainya sudah drop hanya 25 persen.
“Tanpa good governance dan transparansi yang benar, R-bonds (recovery bonds) kemungkinan hanya akan jadi skandal keuangan berikutnya,” demikian Rizal Ramli.